Fobia Bukan Ketakutan Biasa
HAMPIR tak ada satu pun dampak positif fobia. Yang ada malah sederet dampak buruk yang menyertainya. Bagaimana mengatasi ketakutan yang berlebihan ini?
Takut adalah perasaan wajar yang sering kali muncul. Bagi manusia, takut adalah hal yang normal terjadi saat seseorang berhadapan dengan sesuatu yang tidak disukainya atau sesuatu yang dihindari atau sesuatu yang dianggap mengancam keutuhannya sebagai seorang manusia.
Sedangkan fobia adalah ketakutan irasional yang sangat terhadap suatu objek tertentu,keadaan, ataupun situasi, dan secara sadar berusaha untuk menghindari halhal tersebut karena menimbulkan penderitaan.
Tak heran bila fobia ini sering dianggap sebagai "penyakit"kejiwaan." Fobia ini bisa dikatakan sebagai suatu penyakit dan merupakan salah satu subtipe dari gangguan kecemasan menurut manual diagnosis gangguan jiwa psikiater Amerika yang keempat (DSMIV)," kata psikiater dari psychosomatic Clinic Rumah Sakit Omni International Hospital Alam Sutera, Tangerang,dr Andri SpKJ.
Andri menuturkan, fobia secara umum dibagi menjadi dua yaitu fobia spesifik yaitu ketakutan yang sangat,dipertahankan terhadap objek ataupun situasi.Kedua, fobia sosial, yaitu ketakutan yang sa-ngat, dipertahankan terhadap situasi sosial yang dianggap dapat membuat si individu yang menghadapinya menjadi malu.
"Banyak teori yang dapat menjelaskan mengapa seseorang mengalami fobia,"tutur dokter lulusan Universitas Indonesia ini.Salah satunya adalah teori bahwa seseorang yang mengalami fobia terhadap sesuatu dan menghindari hal itu adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung terus-menerus.
Individu yang mengalami fobia membuat suatu mekanisme adaptasi untuk menghilangkan kecemasan akibat bertemu dengan sesuatu yang ditakutkannya. Alihalih beradaptasi dengan fobia yang dialaminya,individu ini terus "lari" dari kondisinya yang membuat dia tidak pernah belajar untuk menghadapi kondisi yang menyebabkannya takut.
"Hal ini disebabkan "lari"dari kondisi yang ditakutinya telah membuat dia bisa keluar dari kecemasan yang dialaminya,"jelasnya.
Masih dilanjutkan Andri, sedangkan secara teori psikodinamik seseorang yang mengalami fobia bisa dikarenakan mekanisme pertahanan utama yang dilakukan oleh individu tersebut adalah penghindaran, termasuk dalam hal ini adalah penghindaran terhadap objek yang membuatnya cemas.
Atau mungkin juga karena stresor lingkungan termasuk perlakuan yang memalukan terhadap diri individu ataupun kritik yang berlebihan dari saudara sekandung. Juga karena perilaku anggota keluarga lain yang mendukung individu yang mengalami fobia dengan cara mendukung ketakutannya sehingga menjadi semakin nyata,bukan malah sebaliknya.
"Untuk fobia jenis spesifik bisa disebabkan faktor genetik," tandas dokter yang juga tergabung dalam Departemen Kesehatan Jiwa Universitas Kristen Krida Wacana. Andri menuturkan, rasanya tidak ada dampak positif yang dialami oleh orang yang mengalami kondisi fobia, yang ada justru berdampak negatif.
Orang yang mengalami kondisi fobia akan sulit melakukan sesuatu yang di dalamnya terkandung situasi atau objek yang ditakutinya.
Setiap kali seseorang yang mengalami fobia berinteraksi dengan sumber fobianya, maka secara otomatis akan merasa cemas. Agar "nyaman", maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali" atau regresi kepada keadaan fiksasi.
0 komentar:
Silakan Bekomentar.!!!
Semakin banyak berkomentar, semakin banyak backlink, semakin cinta Search Engine terhadap blog anda
:7: :8: :9: :10: :11: :12:
Posting Komentar