Penderita kacanduan game online
industri game negeri itu dari konten yang tidak sehat serta menegakkan aturan dengan lebih keras. Konten dimaksud termasuk kekerasan dan pornografi.
Media setempat melaporkan, regulator bakal menghabisi game yang tidak disetujui secara resmi. Kampanye untuk meminimalisir kecanduan game pun dilakukan, misalnya membatasi jam permainan para gamer usia muda.
Selain itu, seperti diberitakan kantor berita resmi Xinhua, operator game online harus mematuhi jika pemerintah menginginkan ada konten yang disensor.
Kebijakan-kebijakan tersebut dijalankan terkait masih banyaknya kaum muda China yang terobsesi game online seperti World of Warcraft.
Sejauh ini, regulator setempat telah memblokir 45 game online yang tidak berlisensi, yang dikembangkan di luar negeri. Mereka juga memperingatkan investor asing agar tidak mengoperasikan game online di China. Sebanyak 200 game lainnya sedang dalam tahap investigasi.
Pejabat yang mengurusi kesehatan di China memang menuduh game online sebagai penyebab kecanduan internet utama di negeri Tirai Bambu itu. Kebanyakan pecandu internet mendapat perawatan di berbagai pusat penyembuhan adiksi yang bertebaran di sana.
Stop Kecanduan Games Online Anak Anda Panas terik tidak dirasakan oleh Wahid dan Budi. Tanpa pulang terlebih dulu, langkah mereka segera bergegas menuju tempat penyewaan games online. Lapar sepertinya tidak menjadi alasan bagi mereka untuk menyelesaikan game console. Jari mereka memencet-mencet tombol konsol yang ada di tangannya. Sementara matanya tak lepas dari layar monitor yang tengah menayangkan gerak akrobatis tokoh yang dikendalikannya. Mengatasi rintangan sambil menghadapi musuh-musuhnya. Begitu tokohnya mati dan permainan berakhir, dia segera mengulang dari awal dengan rasa penasaran. Tidak cukup satu atau dua jam, Wahid dan Budi bisa bermain sampai berjam-jam sebelum mereka benar-benar bisa memecahkan rasa penasaran akan permainan itu. Ilustrasi di atas adalah kejadian nyata yang mungkin juga pernah Anda temui pada saudara, teman, atau bahkan anak Anda sendiri. Disadari atau tidak, dewasa ini game online bak candu bagi anak-anak kita. Masalah ini bisa menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan jika tidak ada kontrol atau perhatian yang serius dari orang tua, sekolah, atau pihak lain. Sebagai orang tua tentu kita khawatir, jika melihat anak sudah keranjingan main video game? Apalagi, anak yang keranjingan main video game sampai membuat anak lupa waktu, belajar, tugas dan sebagainya. Memang kalau kita amati, anak yang keranjingan main video game ini hampir sepanjang waktu setiap harinya berada di depan Play Station dan juga video game di komputer. Pendek kata, video game ini dapat menjadi sumber masalah antara orang tua dengan anak. Anak yang sudah keranjingan video game ini sangat sulit diatur. Bahkan tidak jarang, orang tua bertengkar dengan sang anak. Orang tua menginginkan anak dapat membagi waktunya untuk belajar, mengerjakan tugas dan bersosialisasi. Namun sebaliknya, anak menganggap orang tua terlalu cerewet, tak pengertian, tak bisa melihat anaknya senang dan tak memberi kepercayaan pada anak. Hal yang mengkhawatirkan, jika anak menghabiskan waktu dengan main video game dapat menyebabkan merosotnya prestasi belajar anak. Begitu juga, anak dapat tidak mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulannya di masyarakat. Lebih berbahaya lagi, pengaruh dari bermain video game dapat menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Ini dapat saja terjadi karena pengaruh permainan yang menampilkan perilaku agresif. Seperti permainan yang menampilkan perkelahian brutal, berdarah-darah, sadis, adegan penyiksaan, pembunuhan dan lain-lain. Jenis permainan yang digemari tersebut dan dinikmati secara berulang-ulang, maka secara tanpa sadar dan berangsur-angsur perilaku agresif tersebut akan terekam dalam memori alam bawah sadar anak. Akibatnya, anak menjadi terbiasa menyaksikan adegan kekerasan, sehingga sikap agresif pada anak begitu mudah terbentuk. Menurut seorang remaja pecandu games online usia 21 tahun, sebagaimana diungkap Reuters Health, suasana permainan games di Internet memang mencekam. Remaja tersebut mengaku sulit meninggalkan ruangan selama lima tahun, sehingga bobot tubuhnya membengkak. Ia pun mulai mengkonsumsi narkoba. Seperti yang lainnya, pria yang disebut bernama Tim itu mengawali kecanduannya dengan bermain sendiri menggunakan videogames dan berkenalan dengan GameBoy ketika umurnya masih 12 tahun. Dari situ keasyikannya berkembang. Ia pun mulai bermain online games dengan lawan atau pasangan serentak di berbagai tempat (multiplayer online games). Permainan seperti itu lazimnya menawarkan kisah di jagad virtual yang tak pernah terselesaikan (sehingga menumbuhkan rasa penasaran), yang dapat dinikmati oleh ribuan orang sekaligus. “Aku bahkan tidak bisa ke toilet karena itu berarti aku harus berhenti dan kalah. Makanya aku selalu bawa botol kosong untuk pipis,” tutur pecandu lain. Mungkin karena suasana seperti itulah di Korea Selatan –salah satu negeri yang dijuluki sebagai komunitas online games saking banyaknya penggila games internet di negeri itu –pemerintah lalu bekerjasama dengan operator permainan tersebut untuk membentuk sistem yang dapat mengurangi perilaku kompulsif pecandu games. Tahun lalu di negeri itu ada korban meninggal karena gagal jantung setelah bermain game Starcraft selama 50 jam di sebuah kafe internet. Daya tarik game seperti World of Warcraft, game tentang sihir dan ksatria Everquest, game balapan Gran Turismo, atau game 2008 FIFA World Cup, merupakan industri yang bernilai miliaran dolar. Menurut riset pasar yang dilakukan oleh perusahaan riset DCF Intelligence, pasar games online di seluruh dunia diramal akan mencapai angka 13 miliar dolar AS pada tahun 2011 atau melonjak dari 3,4 miliar dolar di tahun 2005. Perusahaan riset tersebut memperkirakan, sekitar 114 juta orang bermain games online selama dua tahun. Sebagai sebuah bisnis, perhitungan tersebut memang menggambarkan prospek yang mengasyikkan. Namun, menurut sebuah penelitian, bermain games dapat memicu meningkatnya zat dopamine di dalam otak. Sebuah studi di Hammersmith Hospital, sebuah rumah sakit di London, Inggris, menunjukkan bahwa meningkatnya kadar dopamine sama dengan meningkatnya kadar amphetamine, yang dapat menyebabkan kecanduan. Meningkatnya amphetamine inilah yang membuat para pemain menjadi asyik. Di sebuah panti penyembuhan kecanduan games, Smith & Jones, di Amsterdam, Belanda, umumnya pecandu yang menjalani penyembuhan adalah mereka yang sampai mengabaikan kehidupan sehari-hari, seperti sekolah, bekerja, bergaul, kebersihan dan kesehatan pribadi, hanya supaya bisa tetap bermain, sambil mengkonsumsi minuman penambah tenaga supaya tidak lelah dan jatuh tertidur. Harus diakui adanya unsur kesalahan pada orangtua berkaitan dengan terjerumusnya seorang anak menjadi pecandu online games. Menurut Keith Baker, direktur panti penyembuhan kecanduan game Smith & Jones, kadang orangtua menyalahkan kebiasaan anaknya yang terjerumus menjadi pecandu. Padahal, “Ada orangtua yang merasa senang anaknya bermain games karena setidaknya membuat anak tetap tenang di rumah atau tidak berada di jalanan,” kata Baker. “Bahkan, mereka, para orangtua itu, akan berkata kepada anaknya, “Mengapa kamu tidak pergi bermain, sementara ayah dan ibu berbicara?” “Mereka belum tahu bahwa bermain game adalah bahaya terbesar bagi kaum muda yang pernah ada,” ungkapnya. Dikatakan, seperti halnya kecanduan di bidang lainnya, para gamers (istilah untuk pecandu games) seringkali mencoba melarikan diri dari masalah pribadinya yang membuat mereka sulit untuk menjadi dewasa. “Kehidupan di usia 14-15 tahun tidaklah menyenangkan. Di usia itu saatnya seseorang memasuki masa puber. Itu masa yang keras. Sekarang ada sebuah momen di mana Anda hanya perlu menekan tombol dan Anda akan menjadi seorang pahlawan super... Itu adalah bagian yang menarik dari sebuah games”, tambahnya. Plus Minus Games Online Sebenarnya ada beberapa manfaat positif yang dirasakan pemain video game ini, sehingga orang menjadi ketagihan bermain video game, antara lain: •Dapat memberi rasa rileks dan mengendurkan urat saraf dari kesibukan rutin atau kecapekan setelah bekerja. •Melatih kemampuan untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi pemainnya. •Melatih memecahkan masalah dengan mempergunakan analisa. •Melatih kemampuan untuk mengatur sistematis kerja untuk mencapai tujuan. •Mengembangkan kecepatan reaksi dan persepsi audio visual. •Tidak membuat orang gampang putus asa. •Melatih mengembangkan kesabaran dan ketekunan. •Melatih mengembangkan imajinasi dan kreativitas berpikir secara lebih luas. •Membentuk rasa percaya diri. |
0 komentar:
Silakan Bekomentar.!!!
Semakin banyak berkomentar, semakin banyak backlink, semakin cinta Search Engine terhadap blog anda
:7: :8: :9: :10: :11: :12:
Posting Komentar